Contoh Limbah B3 Industri Makanan
Mudah menyala atau terbakar (inflamable)
Mengandung bahan kimia yang mudah terbakar atau meledak jika terkena sumber api atau suhu tinggi. Oleh sebab itu, harus segera ditangani dengan hati-hati supaya tidak menyebabkan kebakaran atau ledakan.
Jenis-Jenis Limbah B3
Berikut ini diantaranya enam jenis limbah B3 yang paling sering kita jumpai di keseharian, namun banyak kali terabaikan dalam hal penanganannya yang perlu kamu ketahui:
Tanpa sadar kita sering membuang sisa baterai bekas yang tak lagi digunakan ke dalam tempat sampah yang juga digunakan sebagai tempat pembuangan berbagai jenis sampah lain seperti plastik maupun kertas bekas.
Padahal baterai bekas memiliki caranya sendiri untuk disisihkan Ketika tak lagi digunakan, atau sebaiknya dibuang secara terpisah. Baterai bekas mengandung berbagai unsur kimia berbahaya, diantaranya mulai dari unsur zinc, karbon, campuran MnO2 (Mangan Dioksida), serbuk karbon dan NH4Cl (Ammonium Klorida).
Sementara baterai yang dapat diisi ulang mengandung Nikel, kadmium, dan alkaline atau potassium hidroksida. Baterai bekas yang dibuang sembarangan mengandung berbagai bahan-bahan kimia berbahaya yang mampu mencemari air tanah, tanah, juga masuk ke rantai makanan secara tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan yang dikonsumsi oleh manusia.
Dampak yang dapat terjadi setelah mengkonsumsi keracunan logam kadmium secara tidak langsung diantaranya gangguan lambung rusaknya organ ginjal, tekanan darah tinggi, kehilangan sel darah merah, serta kerapuhan tulang.
Mangan dalam jumlah yang besar sendiri dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan saraf pada manusia. Hal Ini sekaligus menyebabkan terjadinya halusinasi, parkinson, emboli paru-paru dan bronkitis.
Teknologi Penanganan, Pengolahan Limbah Ternak dan Hasil Samping Peternakan
Buku ini berisikan materi yang membahas berbagai teknologi penanganan serta pengolahan limbah ternak yang berasal dari berbagai sumber. Buku ini juga disusun berdasarkan pada RPS pembelajaran Ilmu Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak- Jurusan Peternakan, Universitas Syiah Kuala sehingga kemudian dapat digunakan sebagai salah satu buku referensi pembelajaran di tingkat Diploma dan Strata 1 Perguruan Tinggi.
Komponen dan bagian dari isi buku ini juga merupakan bersumber dari hasil kajian tulisan dari berbagai pihak yang memiliki latar belakang terkait dengan Penanganan dan Pengolahan Limbah Ternak. Miliki Buku Ini sekarang. Klik di sini.
Metode Solidifikasi secara Fisika
Metode solidifikasi secara fisika adalah proses pengolahan limbah B3 dengan mengubah limbah menjadi bentuk padat yang tidak berbahaya.
Dalam hal ini, melakukan penambahan bahan pengikat ke limbah untuk membentuk padatan yang stabil. Umumnya, metode ini digunakan untuk mengolah limbah cair yang mengandung bahan berbahaya.
Metode kimia adalah proses pengolahan limbah berbahaya dan beracun dengan menggunakan reaksi kimia untuk mengubah komponen berbahaya menjadi komponen yang tidak berbahaya.
Proses ini menambahkan bahan kimia ke jenis limbah B3 untuk mengubah zat berbahaya menjadi senyawa yang aman. Biasanya, bertujuan untuk mengolah limbah cair yang mengandung senyawa organik berbahaya.
Metode biologi adalah proses pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan menggunakan mikroorganisme untuk mengurai zat berbahaya dalam limbah menjadi senyawa yang tidak berbahaya.
Kemudian, akan menambahkan mikroorganisme ke dalam limbah bahan berbahaya dan beracun untuk mengurai zat berbahaya dan bertujuan mengolah limbah cair yang mengandung senyawa organik berbahaya.
Terdapat 4 kategori limbah B3 yang perlu Anda ketahui. Simak penjelasan berikut!
Beracun (toxic – T)
Limbah B3 yang beracun merupakan Limbah yang telah diuji penentuan karakteristiknya melalui Uji Toksikologi LD50, TCLP, dan uji subkronis. Penentuan karakteristik beracunnya diidentifikasi jika limbah ini memiliki konsentrasi zat pencemar yang lebih besar dari TCLP-A.
Ciri khas lainnya pada Uji Toksikologi LD50 adalah Limbah yang diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai yang sama dengan Uji Toksikologi LD50 oral dengan sama atau lebih kecil dengan 50 mg/kg berat badan pada hewan uji mencit.
Limbah kemudian diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika nilainya kemudian lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 atau sama dengan 50 mg/kg berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg berat badan hewan uji mencit.
Nilai Uji Toksikologi LD50 ini dihasilkan melalui uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah dengan tahap uji hayati untuk mengukur berbagai hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji.
Menyebabkan gangguan pernapasan dan pencernaan
Limbah beracun ini tidak hanya berdampak pada binatang dan tumbuhan saja, tetapi juga bagi kesehatan manusia. Sebab, jika manusia mengkonsumsi air tanah yang mengandung limbah B3, maka dapat mengganggu sistem pencernaan manusia.
Kemudian, limbah ini juga mudah tercemar melalui udara. Misalnya, lampu TL yang mengeluarkan partikel merkuri beracun saat pecah. Ketika manusia menghirup partikel udara ini dapat mengganggu saluran pernapasan.
Dilansir dari laman portal resmi Kabupaten Bogor, untuk memproses limbah jenis bahan berbahaya dan beracun, ada beberapa metode yang dapat digunakan, seperti metode termal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, dan biologi.
Metode-metode bisa memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan dan menghasilkan limbah yang bersih.
Metode termal adalah proses pengolahan limbah bahah berbahaya dan beracun dengan menggunakan panas. Dalam proses ini, limbah dipanaskan pada suhu yang tinggi untuk mengubah komponen berbahaya menjadi komponen yang aman dan tidak berbahaya.
Penggunaan metode ini, biasanya untuk mengolah limbah padat atau cair yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Buku Terkait Limbah B3
Mudah meledak (explosive – E)
Limbah B3 mudah meledak (mudah meledak) adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat meledak, atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoilperoksida sebagai senyawa acuan.
Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
Mudah meledak (explosive – E)
Limbah B3 mudah meledak (mudah meledak) adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat meledak, atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoilperoksida sebagai senyawa acuan.
Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.